TerobosNews. Ulos atau sering juga disebut kain ulos adalah salah satu bahan busana asli khas Indonesia. Ulos secara turun temurun dikembangkan oleh masyarakat Batak, Sumatera utara. Dari bahasa asalnya, ulos berarti kain. Secara umum pembuatan kain ulos hampir serupa dengan cara membuat kain songket dari daerah Palembang, yaitu menggunakan alat tenun bukan mesin. Secara umum warna yang paling mendominasi pada ulos adalah merah, hitam, dan putih yang dihiasi oleh ragam tenunan dari benang emas atau perak serta manik-manik warna warni. Awalnya kain ulos diperkenalkan di dalam bentuk selendang atau sarung saja, namun jaman sekarang ini kerap digunakan pada perhelatan resmi atau upacara adat Batak, namun kini banyak dijumpai di dalam bentuk produk sovenir, sarung bantal, ikat pinggang, tas, pakaian, alas meja, dasi, dompet, dan gorden.
Tapi marilah sejenak mengenal bagaimana sebenarnya proses awal pembuatan kain ulos sampai menjadi kain yang sangat diminiati kini di pasar internasiol. Ternyata beginilah cara pembuatan kain ulos kata Babinsa Koramil 01/Siantar Utara Serda H. Pasaribu Jajaran Kodim 0207/Simalungun saat melaksanakan komunikasi social jalin silaturahmi dengan tukang tenun ulos batak Ibu Lasmaria Turnip yang terletak di Kelurahan Suka Dame Kecamatan Siantar Utara Pematangsiantar, Selasa (26/03/2019).
Serda H.Pasaribu mengungkapkan adapun caranya pembuatan ulos secara singkat, antara lain, Pembuatan benang, Proses pemintalan kapas sudah dikenal masyarakat batak dulu yang disebut “mamipis” dengan alat yang dinamai “sorha”. Sebelumnya hapas “dibebe” untuk mengembangkan dalam mempermudah pemintal membentuk keseragaman ukuran. Pewarnaan. Ulos itu terbuat dari benang, benang dipintal dari kapas. Benang awalnya berwarna putih, dan untuk mendapatkan warna merah disebut “manubar”, untuk mendapatkan warna hitam disebut “mansop”. Gatip. Rangkaian grafis menggunakan motif khusus yang ditemukan dalam ulos diciptakan pada saat benang diuntai dengan ukuran standard. Untaian ini disebut “humpalan”. Satuan jumlah penggunaan benang untuk bahan tenun disebut “sanghumpal, dua humpal” dst.
Unggas. Unggas adalah proses pencerahan benang. Pada umumnya benang yang selesai ditubar atau disop, warnanya agak kusam. Benang ini diunggas untuk lebih memberikan kesan lebih cemerlang. Ani, Benang yang sudah selesai diunggas selanjutnya memasuki proses penguntaian yang disebut “mangani”. Namun untuk mempermudah mangani, benang sebelumnya “dihuhul” digulung dalam bentuk bola. Alat yang dibutuhkan adalah “anian” yang terdiri dari sepotong balok kayu yang diatasnya ditancapkan tongkat pendek sesuai ukuran ulos yang dikehendaki. Tonun, Tonun (tenun) adalah proses pembentukan benang yang sudah “diani” menjadi sehelai ulos. Mereka ini yang lajim disebut “partonun”. Sirat, Proses terakhir menjadikan ulos yang utuh adalah “manirat”. Orang yang melakukan pekerjaan ini disebut “panirat”. Sirat adalah hiasan pengikat rambu ulos. Biasanya dibentuk dengan motif gorga. Terang Babinsa Koramil 01/Siantar Utara. (red.Penrem022/PT)